Makalah PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pengampu: M. Rikza
Chammami,M.S.I
Disusun oleh:
Ahmad
Miftakhus Surur 1403036008
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Publikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk dari
publikasi bermacam-macam, tergantung pada penulis. Medianya dapat berupa buku,
surat kabar, jurnal, majalah ataupun yang lainnya.[1]
Sedangkan karya tulis ilmiah merupakan suatu karya yang dibuat oleh seseorang
berdasarkan penelitian yang bersifat ilmiah, yang dapat dibuktikan
keilmiahannya. Jadi publikasi karya tulis ilmiah merupakan suatu proses
menyalurkan atau menyiarkan suatu hasil karya kepada khalayak umum.
Tentunya publikasi karya tulis ilmiah
adalah salah satu hal yang penting untuk kita ketahui. Dalam makalah ini,
pemakalah mencoba untuk mengulas sedikit mengenai publikasi karya tulis ilmiah
yang di dalamnya akan membahas mengenai pemasaran karya tulis ilmiah, teknis
untuk menembus publikasi ilmiah, harga mahal suatu karya tulis ilmiah dan juga
contoh surat pengantar dan publikasi karya ilmiah.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Memasarkan Karya Tulis Ilmiah?
2. Bagaimana Teknis
Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)?
3. Bagaimana
Harga Mahal Karya Tulis Ilmiah?
4. Bagaimana Contoh Surat Pengantar dan Contoh Publikasi Karya Ilmiah?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Memasarkan
Karya Tulis Ilmiah
Dalam menawarkan naskah ke penerbit
juga merupakan keasyikan tersendiri. Sebab kalau penulis telaten menawarkan
naskah dari satu penerbit ke penerbit lain, berarti penulis akan mendapat kawan
banyak dan minimal namanya telah dikenal beberapa penerbit. Ini sebenarnya
suatu modal untuk menawarkan naskah lain. Cuma yang terjadi bahwa penulis
(terutama pemula) mudah putus asa bila naskahnya ditolak. Penulis yang telah
berpengalaman berpendapat bahwa penolakan naskah itu merupakan hal yang biasa.
Naskah yang ditolak itu belum tentu jelek. Hanya naskah itu belum pas saja
dengan visi dan misi penerbit. Kalau saja telaten menawarkan satu penerbit ke
penerbit lain, nanti lama-kelamaan akan ketemu juga dengan penerbit yang
bersedia menerbitkan naskah itu.[2]
Pada prinsipnya, naskah untuk media
massa mesti memperhatikan visi media tersebut. Dengan memahami visi media
tersebut, kita bisa memahami arah redaktur yang menginginkan jenis naskah
tertentu. Masing-masing media memiliki visi yang berbeda karena setiap media massa
memiliki segmen pembaca yang berbeda.[3]
Antara penulis dan penerbit atau
pihak redaksi media massa, memiliki hubungan timbal balik dan saling
membutuhkan. Penerbit buku maupun redaksi media berkala (surat kabar, majalah, jurnal)
mampu melaksanakan kegiatan penerbitan karena adanya sumbangan naskah dari
penulis atau sumber berita. Demikian pula, ide dan pemikiran penulis bisa
sampai pada masyarakat luas berkat jasa baik penerbit dan redaksi.[4]
2.
Teknis
Menembus Publikasi Ilmiah (Jurnal/Koran/Majalah)
Banyak cara yang dapat dilakukan
dalam mempublikasikan tulisan. Yang terpenting, ide dengan wadah media harus
relevan. Sebagai penulis pemula, mestinya harus realistis, cobalah mulai
mempublikasikan pada media lokal. Disini bukan berarti kita pesimis untuk
menembus media national, bahkan international sekalipun. Media dikelompokkan
menjadi dua, yaitu media cetak dan media elektronik. Contoh media cetak,
yaitu koran, majalah, dan tabloid.
Adapun contoh media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet. [5]
Hal-hal yang perlu diketahui dalam
teknik menembus publikasi ilmiah, antara lain :
a.
Kelengkapan
Naskah
Pada
dasarnya naskah yang dikirim ke penerbit atau redaksi itu hendaknya:
1.)
Diketik
yang rapi dengan komputer, huruf Times New Roman 12 pada kertas kuarto dobel
spasi.
2.)
Dalam
penawaran/pengiriman print out,
hendaknya disertai disket atau CD. Untuk buku sebaiknya disertai CD agar mudah
dalam prosesnya.
3.)
Masukkan
amplop besar, beri alamat penerbit buku, redaksi yang jelas dan nama pengirim
yang lengkap (nama, gelar, alamat rumah, alamat kantor, nomor telepon/HP, nomor
faksimili dan lainnya untuk memudahkan komunikasi selanjutnya.
4.)
Lengkapi
dengan surat pengantar. Apabila ada hendaknya ditulis biodata lengkap dan
syukur telah punya buku yang telah diterbitkan. Daftar buku itu dapat
dicantumkan pada biodata. Lebih baik lagi apabila buku-buku itu dibawa ketika
menawarkan naskah bukuke penerbit-penerbit. Sebab mereka memerlukan bukti buku
yang telah diterbitkan. Cara ini akan lebih meyakinkan penerbit terhadap
eksistensi penulis.
5.)
Lengkapi
dengan fotocopy identitas diri (KTP/SIM/Kartu Mahasiswa, kartu pegawai, dll).
6.)
Apabila
naskah itu berupa resensi,maka sebaiknya disertai fotocopy sampul buku, judul
buku, dan daftar isi buku. Syukur halaman dan judul buku discan agar hasilna
lebih bagus.
7.)
Apabila
naskah buku itu berupa terjemahan, maka harus disertakan buku aslinya. Syukur
telah ada ijin terjemahan dari penulis asli atau pihak penerbit asli.[6]
b.
Beberapa
Alasan Penolakan Karya Tulis Ilmiah
Beberapa alasan mengapa suatu naskah belum bisa diterbitkan memang
ada beberapa kemungkinan, antara lain:
1.)
Mengandung
hal-hal yang terlarang
Agar tidak menimbulkan suatu permasalahan dalam masyarakat, maka
setiap redaksi buku dan penerbit pasti akan memilih naskah yang pantas dan
cocok untuk dipublikasikan, tujuannya agar tidak mengganggu ketentraman
masyarakat. Naskah yang tidak layak dipublikasikan adalah naskah yang
mengandung unsur-unsur pornografi, ajaran sesat, komunisme serta
tulisan-tulisan yang bertentangan dengan ideologi negara, agama dan lainnya.
2.)
Sering
muncul tema serupa
Setiap masyarakat pastilah menginginkan berita yang terbaru, aneh,
unik dan menarik. Maka dari itu, penulis dituntut untuk mampu mengembangkan
kreativitas, inovasi dan mengikuti perkembangan keadaan.
3.)
Kalimatnya
berbelit-belit dan terlalu panjang
Kalimat yang panjang dan berbelit-belit akan menyulitkan pembaca
untuk memahami isi bacaan, sehingga menyebabkan pembaca untuk berpikir dua kali
untuk memahaminya. Naskah yang seperti ini biasanya tidak diambil oleh
penerbit. Dianjurkan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang pendek namun kaya
makna, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami pesan yang terkandung dalam
naskah tersebut.
4.)
Pemilihan
kata kurang tepat
Dalam dunia tulis-menulis dikenal adanya asas ketepatan, yakni
berhubungan dengan ide dan pemikiran yang diungkapkan. Pemilihan kata yang
tepat akan lebih menarik minat penerbit untuk memilih naskah tersebut kemudian
mempublikasikannya. Penulis harus berani untuk menawarkan naskahnya ke
penerbit-penerbit, harus siap dikritik dan tidak putus asa ketika mendapat
cemoohan. Kesabaran juga dibutuhkan, karena kita tidak tau naskah itu nantinya
akan diterima atau ditolak, perlu beberapa waktu untuk mengetahuinya.
5.)
Isi
naskah tidak utuh
Naskah yang baik adalah naskah yang berisi ide dan pengetahuan yang
utuh dan saling berkaitan mengenai suatumasalah yang dibahas. Naskah ibarat
tubuh manusia, terdiri dari bagian-bagian. Demikian pula dengan tulisan, apabila
bagian-bagian tersebut tidak utuh, maka akan menyebabkan kebingungan bagi pembaca,
malah akan membuat pembaca menjadi salah tafsir terhadap naskah yang telah diuraikan.
Naskah seperti ini yang sering ditolak oleh penerbit.
6.)
Tulisan
tidak sistematis
Dalam mengekspresikan ide kedalam tulisan, harus mengikuti sistem
penulisan yang berlaku sesuai jnis tulisannya, terpola, dan runtut. Sehingga
tidak membingungkan editor dan enak dibaca oleh pembaca.
7.)
Tidak
memperhatikan perangkat kebahasaan
Terdapat beberapa kriteria mengapa suatu naskah seperti koran,
majalah maupun buku tidak diterima. Bukan berarti naskah tersebut jelek,
melainkan naskah tersebut kurang sesuai dengan keinginan redaksi. Maka dari
itu, penulis harus mempertimbangkan unsur-unsur keterbacaan, kebahasaan,
ketelitin fakta dan kesopanan.[7]
3.
Harga
Mahal Karya Tulis Ilmiah
Produk perguruan tinggi yang baik tidak hanya menghasilkan lulusan
yang bergelar diploma, sarjana, magister, atau doktor, melainkan harus
mempunyai nilai plus berupa karya ilmiah. Seberapa banyak produk karya tulis
ilmiah hasil penelitian dan penulisan buku yang dihasilkan oleh para dosen dan
lulusannya? Ini penting untuk mengukur kualitas lulusan dan akreditasi program
studi serta almamaternya. Lulusan setingkat akademi atau politeknik berbeda
dengan lulusan industri/ sekolah tinggi/ universitas. Karya tulis yang
dihasilkan oleh lulusan akademi dan politeknik yang bergelar diploma berbeda
dengan hasil karya tulis lulusan institut/ sekolah tinggi/ universitas yang
bergelar sarjana, magister, atau doktor.[8]
Peran penulis cukup strategis dalam pengembangan ilmu
pengetahuan,perubahan kultur mmasyarakat, dan sistem pemerintahan.
Tulisan-tulisan mereka mampu mempengaruhi pola ppikir, paham, dan perilaku
masyarakat dalam jangka waktu yang cukup lama. Maka dalam hal inibenar juga
pepatah yang mengatakan bahwa penulis itulebih tajam daripada pedang. Ada juga
yang menyatakan apabila saudara ingin merubah dunia maka tulislah buku.[9]
Sebagai penulis pemula atau seseorang yang baru akan mencoba
menekuni tulis-menulis biasanya menemui kendala yang besar. Jarang sekali
penulis pemula mampu menembus media massa atau mempublikasikan tulisannya
dengan mudah. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh penulis besar pada saat
memulai aktivitas tulis-menulis. Mereka juga melewati masa-masa sulit untuk
menjadikan dirinya seterkenal saat ini. Yang terpenting bagi kita adalah
kesabaran dan keuletan untuk menulis, mencoba dan terus mencoba.
Untuk menyikapi semua ini, kita harus mampu menyikapi potensi
kreatif diri, mengungkapkan ide kreatif, dan mengembangkan potensi dengan menyerap
informasi pengalaman hidup yang kita temui.[10]
4.
a. Contoh
Surat Pengantar
Berikut ini
contoh surat pengiriman naskah buku ke penerbit :
Perihal : Pengiriman Naskah Buku
Lampiran : Curriculum Vitae dan Copy Naskah
Yang terhormat,
Direktur PT XXXXXXX
Cq. Bidang
Penerbitan
Di Jakarta
Dengan hormat,
Bertanda tangan
di bawah ini, saya:
Nama :Drs.
H.A. Rahmat Rosyadi, S.H., M.H.
Pekerjaan :
Dosen Fakultas Hukum UIKA Bogor
Mata Kuliah : Hukum Islam
Alamat : Komp. Nusa Endah Rt 05/02 Cimanggu
1
Tlp 0251-640507
HP.081280897843
Melalui
surat ini saya kirimkan naskah buku untuk diterbitkan dengan judul “FORMALISASI
SYARI’AT ISLAM DALAM PERSPEKTIF TATA HUKUM INDONESIA”.
Naskah ini
merupakan studi tentang aplikasi syari’at islam pasca berlakunya Undang-Undang
No. 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Daerah Istimewa Aceh Sebagai
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Penerbitan buku
ini akan digunakan sebagai suplemen/pelengkap materi / bahan mata ajar kuliah
Hukum Islam pada program studi ilmu hokum dan program studi agama Islam di
Universitas, institute, sekolah tinggi di Indonesia. Buku itu juga akan
dijadikan model aplikasi syari’at Islamdi daerah lain di Indonesia. Penyerapan
pasarnya untuk perguruan tinggi maupun di kalangan pemerintah dan masyarakat
sangat prospektif.
Buku ini bila
diterbitkan akan menjadi buku acuan wajib pada mata kuliah umum hukum Islam
yang selama ini saya sendiri sebagai dosen dan pemegang mata kuliah tersebut.
Dengan terbitnya buku itu diharapkan mahasiswa mempunyai pegangan buku mata
kuliah standar. Apabila pihak penerbit menyetujui atas penerbitannya, saya akan
mengirimkan copy software naskah bukunya.
Demikian
saya sampaikan, atas kerja sama yang baik dan perhatiannya diucapkan terima
kasih.
Bogor, 20 September 2007 Pengirim,
TTD
Rahmat Rosyadi[11]
b.
Contoh
Publikasi Karya Ilmiah
Berikut ini
salah satu contoh publikasi karya tulis ilmiah, yang terdapat dalam koran:
Pers dan
Kemuliaan Indonesia
MARCO
Kartodikromo mengabarkan baha kerjakaum jurnalis untuk mengobarkan nasionalisme
dan menguatkan kemuliaan Indonesia sering dihajar oleh penguasa. Wartawan mesti
bersiap dihukum atau dipenjara. Marko dalam puisi berjudul ”Awas Kaoem
Djoernalist!” dan dimuat di Islam Bergerak edisi 10 Juni 1919 berseru,
djoernalist haroes bisa berdiri,/ sendiri djoega jang keras hati./ dan tidak
boleh main koedi/ Goena mentjari enak sendiri // Koran ito tooneel oempamanja,/
Toean membatja jang menontonja,/ djoernalist djadi pemainja,/ Hoofdreddacteur
djadi kepanlanja.
Wartawan dann
Koran bergerak demi kepentingan Indonesia. Sejak mula,wartawan bertugas
menggerakkan berita untuk “kemadjoean” dan berdemokrasi. Tahun demi tahun
berlalu. Artikel pendek ”Indonesia Moelia” karangan penulis berinisial DAS ,
disajikan di Koran Api edisi 9 November 1925 bisa menjadi acuan mengenang
Indonesia masa lalu.
Teks
itu”Indonesia jang dihiasi dengan pelaboehan, kota-kota, goedang-goedang,
kantor-kantor, gedong-gedong, vila-vila, roemah-roemah, stasioen-stasioen
nampaklah jang betoel-betoel Indonesia adalah negeri jang kaja dan moelia”.
Kita mungkin
kagum mengenang Indonesia negeri tanpa derita dan penjajahan. Artikel itu
munculdi surat kabar untuk “kaoem kromo” alias “raijat jelata” di Indonesia.
Pemberitaan tentang Indonesia mulai justru ingin mengingatkan bahwa Indonesia sedang menanggung kolonialisme
dan ingin bergerak menuju “kemadjoean”. Penulis artikel sadar tentang kemauan
bumiputra harus memuliakan Indonesia bebas daridominasi kolonial dan
mengukuhkan adab kemoderenan.
Indonesia masih
dijajah tapi berita dan artikel perlu disajikan agarorang-orang tergerak untuk
memiliki Indoneia. Surat kabarpun berperan member suguhan ide dan imajinasi
agar berbiak etos pemuliaan Indonesia. Kerja wartawan dan penulis artikel
menabur berita atau cerita mengenai nasionalisme, demokrasi, humanism, danadab
literasi.
Memori itu
pantas kembai disajikan saat kita bergerak dengan cuilan-cuilan peran pers
dalam pemuliaan Indonesia,setelah sanggup membebaskan diri dari kolonialisme.
Kita bisa mengingat penjelasan Adinegoro dalam Falsafah Ratu Dunia (1949)
mengenai pengaruh pers dalam arus kesejarahan dan perkembangan Indonesia.
Adinegoro berkata bahwa “Ratu Dunia” itu opini umum, dimunculkan dan digerakkan
oleh pers. Keberadaan pers bermisi untuk “demokrasi, kebudayaan, hak asasi
manusia, dan kedaulatan”.
Pada 1950-an,
Koran dan majalah terbit mengabarkan tema-tema besar: revolusi, demokrasi, korupsi,
dan nasionalisme. Kemunculan puluhan partai dengan pengaruh para pejabat
membuat pers sering ‘’ berjoeget” untuk bersuara mengaju fakta atau menebar
opini umum demi pamrih picisan. Indonesia telah menjadi negeri bergelimang
berita. Agenda pemderenan melenggang dengan kontribusi pers .
Pers menjadi
mata untuk melihat pekerjaan presiden, menteri, tentara, polisi, pengusaha,
seniman, guru, pettani, dan buruh. Sejak 1950-an, pemberitaan korupsi perlahan
menguak ketidakberesan kerja birokasi dan penegak hokum. Wartawan
berkemungkinan memberitakan melalui siasat investigasi. Penulis tajuk rencana
dan jajaran redaksi mesti sanggup member argumentasi-argumentasi jika
berhadapan dengan tindakan refresif dari pemerintah dan pihak-pihak
berkepentingan. Peran pers untuk menanggulangi korupsi tentu berkonsekuensi
sanksi atau pemberedelan.
Pada masa
1970-an, kemulyaan Indonesia masih dinodai korupsi dan demokrasi ilusif. Razim
orde baru tak becus membuktikan janji-janji mengurusi Indonesia secara beradab
dan demokratis. Pers tak mau diam. Wartawan tetap tekun memberitakan berbagai kasus
korupsi. Koran dan majalah mesti memperhitungkan resiko pemberitaan dan polemik
atas editorial. Tema besar
Rosihon Anwar
(1983) mengenang bahwa gerakan dan demontrasi melawan korupsi oleh mahasiswa
dan pelajar meningkat pada masa 1970-an. Pemberitaan diberbagai koran justru
ditanggapi kemarhan oleh Soeharto dan para pejabat. Kita simak tajuk rencana
Indonesua Raya edisi 3 Januari 1970, ditulis oleh Mohctar Lubis:”…tantangan
korupsi jangmerajalela dan perbaikan administrasi Negara adalah dua tantangan jang
harus diatasi setjepat mungkin.”
Korupsi tema
besar, memusimkan jutaan orang. Para pejabat bertambah harta, menikmati
kehidupan elit jutaan orang memamah lakon buruk tentang pembrangkutan Indonesia
oleh pejabat-pejabat mata duitan. Kemulyaan Indonesia Cuma ungkapan Indah dari
saat mata terpejam dan tubuh berbaring di atas tikar.
Memori-memori
itu bersambung dengan situasi Indonesia mutahir. Kerja melwan korupsi oleh KPK
mendapat serangan tak beradab. Pers turut bersuara lantang melawan korupsi.
Seruan kritis ditanggapi oleh arogensi sekian pejabat Negara, polisi, anggota
DPR, dan elit partai politik. Sekrang, kita mengerti bahwa seruan Marco
Kartodikromo sampai Mohctar Lubis memang pantas dianut: pers bekerja melawan
arogensi kekuasaan dan korupsi demi kemulyaan inonesia.
_Bandung
Maward, pengelola jagad abjad solo[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagaimana yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa tahap-tahap dalam
memasarkan karya tulis ilmiah, baik melalui pengajuan proposal ataupun naskah
ke penerbit dengan langkah-langkah untuk mempromosikan buku sebagai berikut: memasarkan naskah karya tulis ilmiah. Sebagai penulis pemula, kita
harus menjalin hubungan baik dengan penerbit apabila naskah yang telah kita
kirim ditolak maka kita tidak boleh menyerah begitu saja karena pada prinsipnya
naskah untuk media massa mesti memperhatikan visi media tersebut. Selanjutnya
adalah teknis menembus publikasi ilmiah. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam
mempublikasikan tulisan. Kita juga harus memperhatikan hal-hal seperti teknik
menembus publikasi ilmiah, selain itu juga harus tau naskah seperti apa yang biasanya
ditolak oleh penerbit. Terakhir adalah harga mahal karya tulis ilmiah. Peran
penulis cukup strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan, perubahan kultur
mmasyarakat, dan sistem pemerintahan. Ketiga langkah inilah hal yang paling
berpengaruh dalam publikasi hasil karya tulis ilmiah.
B.
Saran
Demikian
makalah yang saya buat, tentu saja tidak luput dari kesalahan dan kekeliriuan
dari makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari kawan-kawan
semua sangat saya harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya S, Inung. 2012. Menulis
Berita di Media Massa. Yogyakarta: Citra Aji Pratama.
HS , Lasa. 2009. Menulis Itu
Segampang Ngomong. Yogyakarta: Pinus.
Manshur, Faiz. 2012. Genius
Menulis, Penerang Batin Para Penulis. Bandung: Nuansa.
Rosyadi, A.Rahmat.
2008. Menjadi Penulis Profesional itu
Mudah. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sukino. 2010. Menulis itu
Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer.
[1]
Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta: Pustaka
Populer, 2010), hlm. 29.
[3] Faiz Manshur, Genius Menulis, Penerang Batin Para Penulis,
(Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 246.
[5]
Inung Cahya S, Menulis Berita di Media Massa, (Yogyakarta:
Citra Aji Pratama,2012), hlm. 27.
[6] Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009), hlm. 146-147.
[7]
Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009), hlm. 209-212.
[8]
A. Rahmat Rosyadi, Menjadi Penulis Profesional itu Mudah, (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2008), hlm. 13.
[9]
Lasa HS, Menulis Itu Segampang Ngomong, (Yogyakarta:Pinus,2009), hlm. 166.
[10]
Sukino, Menulis itu Mudah, (Yogyakarta: Pustaka
Populer, 2010), hlm. 10-11.
[11]
A. Rahmat Rosyadi, MenjadiPenulis Profesional itu Mudah, (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2008), hlm. 108-109
[12]
Bandung Mawardi, Pers dan Kemuliaan Indonesia, Jawa
tengah: Suara Merdeka, senin, 9 Februari 2015 , hlm. 6.
Comments
Post a Comment