PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK ( MAKALAH ANALISIS KEBIJAKAN)
semoga bermanfaat lur !!!!
langsung aja dilihat tuh yang cari bahan referensi hahahahah!!!
PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK 1
Di Susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Analisis
Kebijakan
Dosen
Pengampu : Bp.
MUSTAQIM
Oleh :
1. Puji Rahayu (1403036015)
2. Ardany Nuril F (1403036034)
FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi
kebijakan publik berusaha untuk meninjau berbagi teori dan proses yang terjadi
dalam kebijakan publik. Dapat dikatakan bahwa kebijakan publik tidak lepas dari
proses pembentukan kebijakan itu sendiri. Dengan demikian, salah satu tujuan
studi kebijakan publik adalah untuk menganalisis bagaimana tahapan demi tahapan
proses pembentukan kebijakan publik tersebut sehingga terwujudlah suatu
kebijakan publik tertentu.
Tahapan
demi tahapan tersebut terangkum sebagai suatu proses siklus pembuatan kebijakan
publik. Setiap tahapan dalam proses pembentukan kebijakan publik mengandung
berbagai langkah dan metode yang lebih rinci lagi. Tahapan yang terdapat dalam
pembuatan suatu kebijakan publik memiliki berbagai manfaat serta konsekuensi
dari adanya proses tersebut, khususnya bagi para aktor pembuat kebijakan
publik.
Makalah
ini mencoba menguraikan berbagi tahapan yang terjadi dalam proses siklus
perumusan kebijakan publik. Tujuannya adalah untuk memahami berbagai tahapan
pembuatan kebijakan publik sehingga mempermudah untuk menganalisis
masalah-masalah yang kompleks sehingga dapat dirumuskan ke dalam suatu
kebijakan publik tertentu.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pembentukan kebijakan versus perumusan
kebijakan?
2.
Bagaimana model-model perumusan kebijakan publik?
3.
Bagaimana tahap-tahap dalam perumusan kebijakan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembuatan kebijakan versus perumusan kebijakan
1. Pengertian pembuatan kebijakan
Pembuatan
kebijakan merupakan proses politik yang berlangsung dalam tahap-tahap pembuatan
kebijakan politik, dimana aktifitas politis ini dijelaskan sebagai proses
pembuatan kebijakan, dan difisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling
bergantung satu sama lainnya, diatur menurut urutan waktu, seperti : penyusunan
anggota, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan
penilaian kebijakan. Dengan demikian sebuah kebijakan akan mudahdipahami
apabila dikaji tahap demi tahap tersebut, dan menjadikan kebijakan yang
bersifat publik akan selalu penuh warna, serta kajiannya amat dinamis.
Penetapan suatu kebijakan
pendidikan merupakan salah satu tugas lembaga pemerintahan yang berkewenangan
dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahannegara dan pembangunan bangsa
dibidang pendidikan yang tidak dapat digantikan, dalam arti didelegasikan,
dipindahkan atau diprivatisasikan kepada organisasi diluar pemerintahan.
2. Perumusan Kebijakan
Perumusan kebijakan haruslah
bersifat cerdas, dalam arti kebijakan pendidikan tersebut harus mampu
memecahkan problem pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan kepada publik,
baik dari segi manfaat, kualitas, maupun akuntabilitasnya. Disamping itu,
kebijakan pendidikan yang dirumuskan haruslah bersifat bijaksana, dalam arti
tidak menimbulkan problematika pendidikan baru yang lebih besar dan lebih rumit
dibandingkan problem pendidikan yang hendak diatasi atau dipecahkan. Kebijakan
pendidikan yang dirumuskan juga hendaknya memberikan harapan baru bagi warga
negara bahwa mereka dapat menjalani hari esok yang jauh lebih baik setelah
kebijakan pendidikan itu diimplementasikan. Serta, kebijakan pendidikan yang
dirumuskan haruslah mendorong produktivitas, kualitas dan perikehidupan bersama
dalam bidang pendidikan secara efektif dan efisien.[1]
B. Model-model Perumusan Kebijakan
Publik
Menurut Thomas R.Dye (1995) ada 9
model dalam merumuskan kebijakan publik.
1. Model
Kelembagaan
Formulasi kebijakan dengan model ini
bermakna bahwa tugas membuat kebijakan adalah tugas pemerintah (lembaga
legislatif). Jadi apapun yang dibuat pemerintah adalah kebijakan publik. Dye
membenarkan model ini karena 3 alasan :
a. Pemerintah
memang lembaga yang sah dalam membuat kebijakan
b. Fungsi
pemerintah universal
c. Pemerintah
punya hak monopoli fungsi pemaksaan
Kelemahan
pendekatan ini adalah terabaikannya masalah lingkungan tempat diterapkannya
kebijakan karena pembuatan kebijkan tidak berinteraksi dengan lingkungan.
2. Model Proses
Politik adalah sebuah aktivitas
sehingga mempunyai proses. Proses yang diakui dalam model proses ini adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi Permasalah
b. Menata Agenda Formulasi Kebijakan
c. Perumusan Proposal Kegiatan
d. Legitimasi Kebijakan
e. Implementasi Kebijakan
f.
Evaluasi Kebijakan
3. Model Kelompok
Model
kebijakan teori kelompok mengandaikan kebijakan sebagai titik keseimbangan
(equilibrium). Disini beberapa kelompok kepentingan berusaha mempengaruhi isi
dan bentuk kebijakan secara interaktif.[2]
4. Model Elit
Berkembang
dari teori elit masa dimana masyarakat sesungguhnya hanya ada dua kelompok
yaitu kelompok pemegang kekuasaan (elit) dan yang tidak memegang kekuasaan.
Kesimpulannya kebijakan yang muncul adalah bias dari kepentingan kelompok elit
dimana mereka ingin mempertahankan status quo. Model ini tidak menjadikan
masyarakat sebagai partisipan pembuatan kebijakan.
5. Model teori Rasional
Pengambilan kebijakan berdasarkan perhitungan rasional. Kebijakan
yang diambil adalah hasil pemilihan suatu kebijakan yang paling bermanfaat bagi
masyarakat. Disini terdapat cost-benefit analysis atau analisa biaya dan
manfaat.
Rangkaian formulasi kebijakan pada model ini :
a.
Mengetahui preferansi publik dan
kecenderungannya
b.
Menemukan pilihan pilihan
c.
Menilai konsekuensi masing masing
pilihan
d.
Menilai rasio nilai sosial yang
dikorbankan
e.
Memilih alternatif kebijakan yang
paling efisien
6. Model Inkremental
Model ini adalah kritik dari model rasional, karena tidak
pembuat kebijakan tidak cukup waktu, intelektual dan biaya. Dengan model
pemerintah menurut dengan kebijakan dimasa lalu yang dimodifikasi.
Namun dari yang sudah terjadi pengambilan kebijakan masa
lalu yang digunakan lagi justru berdampak negatif. Contoh kebijakan pemerintah
tentang desentralisasi, kepartaian, Letter of Intent IMF, dan lainnya.
Kesimpulannya Kebijaka inkremental adalah berusaha
mempertahankan komitmen kebijakan di masa lalu untuk mempertahannkan kinerja yang
telah dicapai.
7. Model Teori Permainan
Gagasan pokok dari kebijakan dalam model teori permainan
adalah:
a. Formulasi kebijakan berada pada
situasi kompetisi yang intensif
b. Para aktor berada dalam situasi
pilihan yang tidak independent ke dependen. Kunci memenang kebijakan dalam
model ini adalah tergantung kebijakan yang tahan dari serangan lawan bukan yang
paling optimum.
8. Model Pilihan Publik
Model
ini melihat kebijakan sebagai sebuah proses formulasi keputusan kolektif dari
individu yang berkepentingan atas keputusan tersebut. Secara umum model ini
adalah yang paling demokratis karena memberikan ruang yang luas kepada publik
untuk mengontribusikan pilihannya kepada pemerintah sebelum diambil keputusan.
Namun terkadang kebijakan yang diambil adalah kepentingan dari pendukung suatu
partai maka dari itu pemuasan yang diberikanpun hanya sepihak yaitu pada
pemilih.
9. Model Sistem
David
Easton model sistem secara sederhana dapat dilihat seperti input-proses-output.
Kelemahan Model sistem adalah keterfokusan hanya pada apa yang dilakukan
pemerintah namun lupa tentang hal yang dilakukan pemerintah.
C. Tahap-tahap dalam perumusan
kebijakan
1.
Penyusunan
Agenda (Agenda Setting).
Penyusunan agenda (Agenda
Setting) adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas
kebijakan publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, pembuat kebijakan
perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-masalah mana saja
yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas. Masalah-masalah yang terkait
dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak mungkin untuk diseleksi. Dalam proses inilah memiliki ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam
agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status
sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu
tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu
lain. Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu
publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Issue kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).
Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara
para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau
pertentangan pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut.
Masalah yang sudah masuk
dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.
Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang
terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk
masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing
alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah.
3.
Adopsi/ Legitimasi Kebijakan (Policy Adoption).
Tujuan legitimasi adalah
untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan
legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara
akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus percaya bahwa
tindakan pemerintah yang sah. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi -
cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola
melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang
belajar untuk mendukung pemerintah.
Pada
tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian
dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan berbagai
kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja
berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi
pelaksanaan kebijakan.
Kebijakan
yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta merta berhasil
dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam implementasi
kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus dapat
diatasi sedini mungkin.
5.
Penilaian/ Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation).
Secara umum evaluasi kebijakan dapat
dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan
yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini , evaluasi
dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak
hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalh-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.[3]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembuatan kebijakan merupakan
proses politik yang berlangsung dalam tahap-tahap pembuatan kebijakan politik,
dimana aktifitas politis ini dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan, dan
difisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung satu sama
lainnya, diatur menurut urutan waktu, seperti : penyusunan anggota, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.
Menurut Thomas R.Dye (1995) ada 9 model dalam merumuskan
kebijakan publik: Model Kelembagaan, Model Proses, Model Kelompok, Model Elit, Model
Teori Rasional, Model Inkremental, Model Teori Permainan, Model Pilihan Publik,
Model Sistem.
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai
kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup
substansi, implementasi dan dampak.
B. Saran
Ada
sebuah pepatah yang mengatakan ‘’ tidak ada gading yang tak retak”. Karena
itulah penulis senantiasa menyadari bahwa begitu banyak kekurangan dan
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Maka dari pada itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian
agar kedepannya penulis bisa berusaha menjadi lebih baik lagi.
[3]William Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1998, Hal: 24
DAFTAR PUSTAKA
M. Hasbullah, Kebijakan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada), 2015.
William Dunn, Pengantar Analisis
Kebijakan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1998.
Comments
Post a Comment